semoga bermanfaat
mari kembangkan diri dengan bersama kami di IKIP Veteran Semarang
PENGUKURAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak terlepas dari persoalan ukur mengukur suatu benda, karena pengukuran
dilakukan untuk membantu siapa saja agar dapat melakukan sesuatu dengan benar.
Dalam ilmu pengetahuan biasanya pengukuran dilakukan untuk menguji kebenaran
suatu teori. Lord Kelvin, seorang fisikawan berkata “Bila kita dapat mengukur
apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka berarti
kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu”. Pada saat kita mulai melakukan
pengukuran kuantitatif, maka kita perlu suatu sistem satuan untuk memungkinkan
kita berkomunikasi dengan orang lain dan juga untuk membandingkan hasil
pengukuran kita.
Pengukuran
adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang ditetapkan
sebagai satuan. Hasil pengukuran selalu mengandung dua hal, yakni: kuantitas (nilai)
dan satuan. Di dalam fisika, segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan
dengan angka disebut besaran. Sebagai contoh, kesetiaan
dan kebaikan dapat diukur, tetapi tidak dapat dinyatakan dengan angka, sehingga
kesetiaan dan kebaikan bukan besaran fisika. Nilai suatu besaran dinyatakan
dalam satuan yang dituliskan mengikuti nilai besaran tersebut. Sebagai contoh
dalam sebuah pengukuran massa badan mahasiswa IKIP Veteran Semarang didapatkan bahwa
massa mahasiswa terbesar adalah 100 kilogram dan yang terkecil adalah 45 kilogram.
Angka 100 dan 45 disebut nilai besaran, sedangkan kilogram disebut satuan.
1.
Sumber-sumber
ketidakpastian dalam pengukuran
Mengukur
selalu menimbulkan ketidakpastian artinya, tidak ada jaminan bahwa pengukuran
ulang akan memberikan hasil yang tepat sama. Ada tiga sumber utama yang
menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:
1.1 Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian
ini bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang menyertai saat
pengukuran. Yang termasuk ketidakpastian sistematik antara lain:
• Ketidakpastian Alat
Ketidakpastian
ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka tidak tepat, sehingga
pembacaan skala tidak sesuai dengan sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik
yang sebenarnya 1,0 ampere, tetapi bila diukur menggunakan amperemeter tertentu
selalu terbaca 1,2 ampere. Dapat dikatakan amperemeter memberi ketidakpastian
sistematik sebesar 0,2 ampere, karena ada penyimpangan yang sama, sehingga alat
tersebut harus dikalibrasi setiap akan digunakan.
• Kesalahan Nol
Ketidaktepatan
penunjukan alat pada skala nol menyebabkan ketidakpastian sistematik. Hal ini
sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Sebagian besar alat umumnya
sudah dilengkapi sekrup pengatur/pengenol. Bila diatur maksimal tetap tidak
tepat pada skala nol, maka harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut
setiap kali melakukan pembacaan skala.
• Waktu Respon Yang Tidak Tepat
Ketidakpastian
ini muncul akibat waktu pengambilan data tidak bersamaan dengan saat munculnya data
yang seharusnya diukur, sehingga data yang diperoleh bukan data yang
sebenarnya. Misalnya, ketika mengukur periode getaran menggunakan stopwatch,
selang waktu yang diukur sering tidak tepat karena pengukur terlalu cepat atau
terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
• Kondisi Yang Tidak Sesuai
Ketidakpastian
ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang hendak
diukur. Misal, mengukur panjang benda pada suhu tinggi menggunakan mistar
logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai sebenarnya karena panas
mempengaruhi objek yang diukur maupun alat pengukurnya.
1.2 Ketidakpastian Random (Acak)
Ketidakpastian
random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara
pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut merupakan
perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau pengontrolannya di
luar kemampuan kita. Misalnya, fluktuasi pada besaran listrik seperti tegangan/kuat
arus listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat
dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi.
1.3 Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan
ketidakpastian pengukuran yang bersumber dari kekurangterampilan manusia saat
melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya, metode pembacaan skala tidak tegak
lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, salah melakukan pengaturan atau
pengesetan alat ukur yang kurang tepat.
Gambar
1. 1 Posisi A dan C menimbulkan kesalahan paralaks. Posisi B yang benar.
Seiring
kemajuan teknologi, alat ukur dirancang semakin canggih dan kompleks, sehingga
banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut digunakan. Bila yang
mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar
kemungkinan untuk melakukan kesalahan sehingga memproduksi ketidakpastian yang
besar pula. Besarnya ketidakpastian berpotensi menghasilkan produk yang tidak
berkualitas, sehingga harus selalu diusahakan untuk memperkecil nilainya, di
antaranya dengan kalibrasi, menghindari gangguan luar, dan hati-hati dalam
melakukan pengukuran.
2.
Melaporkan
hasil pengukuran
Dalam
melakukan pengukuran suatu besaran secara langsung, misalnya mengukur panjang
pensil dengan mistar atau diameter kelereng dengan mikrometer sekrup, Anda
tidak mungkin memperoleh nilai benar x0. Bagaimana Anda melaporkan
hasil pengukuran suatu besaran?
Hasil
pengukuran suatu besaran dilaporkan sebagai: x = x0 ± Δx, dengan
x adalah nilai pendekatan terhadap nilai benar x0 dan Δx adalah ketidakpastiannya.
Pengukuran tunggal dalam kegiatan eksperimen sebenarnya dihindari karena
menimbulkan ketidakpastian yang sangat besar. Namun, ada alasan tertentu yang
mengharuskan sehingga suatu pengukuran hanya dapat dilakukan sekali saja.
Misalnya, mengukur selang waktu kelahiran bayi kembar, atau mengukur kecepatan
mobil yang lewat. Bagaimana menuliskan hasil pengukuran tunggal tersebut?
Setiap alat memiliki skala terkecil yang memberikan kontribusi besar pada
kepresisian pengukuran.
Skala
terkecil
adalah nilai atau hitungan antara dua gores skala bertetangga. Skala terkecil
pada mistar adalah 1 mm. Umumnya, secara fisik mata manusia masih mampu membaca
ukuran hingga skala terkecil tetapi mengalami kesulitan pada ukuran yang kurang
dari skala terkecil. Pembacaan ukuran yang kurang dari skala terkecil merupakan
taksiran,
dan sangat berpeluang memunculkan ketidakpastian. Mengacu pada logika berfikir
demikian, maka lahirlah pandangan bahwa penulisan hasil pengukuran hingga
setengah dari skala terkecil. Tetapi ada juga kelompok lain yang berpandangan
bahwa membaca hingga skala terkecil pun sudah merupakan taksiran, karena itu
penulisan hasil pengukuran paling teliti adalah sama dengan skala terkecil.
Macam Alat Ukur
1.
Alat
Ukur Panjang
A.
Mistar
Alat ukur panjang yang banyak digunakan adalah mistar. Skala
terkecil dari mistar adalah 1 mm (0,1 cm) dan ketelitiannya setengah skala
terkecil 0, 5 mm (0,05 cm).
B.
Jangka Sorong
Dalam praktiknya, mengukur panjang kadang-kadang memerlukan alat
ukur yang mampu membaca hasil ukur sampai ketelitian 0,1 mm (0,01 cm). Untuk
pengukuran semacam ini kita bisa menggunakan jangka sorong
C.
Mikrometer Sekrup
Alat ukur panjang yang paling teliti adalah mikrometer sekrup yang
memiliki ketelitian 0,01 mm, biasanya digunakan oleh para teknisi mesin,
terutama pada saat penggantian komponen mesin yang mengalami keausan
2.
Alat Ukur Massa
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat,
tetapi dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi
gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi oleh gravitasi. Seorang astronot ketika
berada di Bulan beratnya berkurang dibandingkan ketika berada di Bumi. Mengapa?
Sebutkan perbedaan massa dan berat!
Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg). Massa benda juga
dinyatakan dalam satuan-satuan lain, misalnya: gram (g), miligram (mg), dan ons
untuk massa-massa yang kecil; ton (t) dan kuintal (kw) untuk massa yang besar.
1 ton = 10 kwintal = 1.000 kg 1
kg = 1.000 g = 10 ons
3.
Alat Ukur Waktu
Waktu adalah selang antara dua kejadian/peristiwa. Misalnya, waktu
siang adalah sejak matahari terbit hingga matahari tenggelam, waktu hidup
adalah sejak dilahirkan hingga meninggal. Untuk peristiwa-peristiwa yang selang
terjadinya cukup lama, waktu dinyatakan dalam satuan-satuan yang lebih besar,
misalnya menit, jam, hari, bulan, tahun, abad dan lain-lain.
1 hari = 24 jam; 1
jam = 60 menit; 1 menit = 60 sekon
Sedangkan, untuk kejadian-kejadian yang cepat sekali bisa digunakan
satuan milisekon (ms) dan mikrosekon (μs). Untuk keperluan sehari-hari, telah
dibuat alat-alat pengukur waktu, misalnya stopwatch dan jam tangan.
Konversi Satuan
Dengan adanya beberapa sistem satuan, maka diperlukan pengetahuan
untuk dapat menentukan perubahan satuan dari satu sistem ke sistem yang lain
yang dikenal dengan istilah konversi satuan. Berikut ini diberikan
konversi satuan-satuan penting yang biasa digunakan.
Contoh Soal 1:
Kapal pesiar Panji Asmara melaju dari pelabuhan Tanjung Priok ke pelabuhan
Tanjung Emas dengan kecepatan rata-rata sebesar 5 knot. Berapakah kecepatan
kapal tersebut bila dinyatakan dalam m/s, dan bila dalam perjalanannya menempuh
jarak sejauh 300 km, berapa waktu dalam detik yang digunakan untuk menempuh
jarak tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui kecepatan = 5 knot dan jarak tempuh = 300 km.
Mengingat 1 knot = 1,852 km/jam = 1,852 x (1000 m/3600 s) =
0,51444 m/sekon, maka kecepatan kapal pesiar tersebut adalah = 5 knot = 5 x (0,51444
m/s) = 2,5722 m/s.
Contoh Soal 2:
Harga minyak mentah di pasar dunia pada bulan ini berkisar Rp. 578.900,00
per barrel (UK). Berapakah harga per liternya?
Penyelesaian:
Ingat, 1 barrel (UK) = 31,5 gallon = 31,5 x 4,546 liter = 143,199
liter
Jadi harga per liternya = Rp. 578.900,00: 143,199 liter = Rp.
4042,626.
Dimensi
Untuk menyederhanakan pernyataan suatu besaran turunan dengan
besaran pokok digunakan dengan simbol yang disebut dimensi besaran. Kegunaan dimensi adalah:
a)
Mengungkapkan kesamaan atau
kesetaraan antara dua besaran yang kelihatannya berbeda.
b)
Menyatakan benar tidaknya
suatu persamaan yang ada hubungannya dengan besaran fisika.
Angka Penting
Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut Angka Penting
(AP), terdiri atas angka-angka pasti dan angka-angka terakhir yang ditaksir
(angka taksiran).
Aturan penulisan/penyajian angka penting dalam pengukuran:
1.
Semua angka yang bukan nol
adalah angka penting.
Contoh: 72,753 (5 angka penting).
2.
Angka nol dibelakang angka
bukan nol adalah bukan angka penting, kecuali diberi tanda khusus misal cetak
tebal/cetak miring/garis bawah
Contoh: 250 (2 angka penting)
3000 (4 angka penting)
3.
Angka nol yang terletak di
antara angka-angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 9000,1009 (9 angka penting).
4.
Angka nol yang terletak di depan
angka bukan nol adalah bukan angka penting.
Contoh: 0,00007890 (4 angka penting).
5.
Angka nol yang terletak di
belakang tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 67,50000 (7 angka penting).
Ketentuan - ketentuan pada
operasi angka penting:
1.
Hasil operasi penjumlahan
dan pengurangan dengan angka-angka penting hanya boleh terdapat Satu Angka
Taksiran saja.
Contoh: 2,34 => angka
4 = angka taksiran
0,345 => angka 5 = angka taksiran
2,685 => angka 8 dan 5 (dua angka
terakhir) taksiran maka ditulis: 2,69
(Untuk penambahan/pengurangan perhatikan angka di belakang koma yang
paling sedikit).
13,46 => angka 6 = angka taksiran
2,2347 => angka 7 = angka taksiran
11,2253 => angka 2, 5 dan 3 (tiga angka terakhir) taksiran maka
ditulis: 11,23
2.
Angka penting pada hasil
perkalian dan pembagian, sama banyaknya dengan angka penting yang paling
sedikit.
Contoh 1 : 8,141 (empat angka penting)
0,22
× (dua angka penting)
1,785102
Penulisannya: 1,785102 ditulis 1,8 (dua
angka penting)
Contoh 2 : 1,432 (empat
angka penting)
2,68
: (tiga angka penting)
0,53432
Penulisannya: 0,53432 di tulis 0,534
(tiga angka penting)
3.
Untuk angka 5 atau lebih
dibulatkan ke atas, sedangkan angka kurang dari 5 dihilangkan. Jika angkanya
tepat sama dengan 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil dan
dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya genap.
Contoh: Bulatkanlah sehingga mempunyai tiga angka penting:
a) 24,48 (4 angka penting) 24,5
b) 56,635 (5 angka penting) 56,6
c) 73,054 (5 angka penting) 73,1
d) 33,127 (5 angka penting) 33,1
Notasi Ilmiah (Bentuk Baku)
Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar dan kecil
digunakan Notasi Ilmiah atau Cara Baku.
dengan:
a = angka-angka penting
10n = orde
n = bilangan bulat
positif atau negatif
Contoh:
- Massa bumi = 5,98 . 1024 (tiga angka penting)
- Massa elektron = 9,1 . 10-31 (dua angka penting)
- 0,00000435 = 4,35 . 10-6 (tiga angka penting)
- 345000000 = 3,45 . 108 (tiga angka penting)
0 komentar:
Posting Komentar