" Semoga bermanfaat"
😃
A.
Pengertian
Buta Warna
Buta
warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat
diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidak mampuan
sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum
warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Buta
warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut mata yang
tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu. Normalnya, sel
kerucut (cone) di retina mata mempunyai spektrum terhadap tiga warna dasar,
yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang
sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal. Pada orang
tertentu, mungkin hanya ada dua atau bahkan satu atau tidak ada sel kerucut
yang sensitif terhadap warna-warna tersebut.
Penglihatan
bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu
di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya.
Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang
tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang
yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang
dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda
yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih
panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yanglebih pendek, yang dapat
diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi
pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Penglihatan
warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida
A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang
berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang
gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna
dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran
tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna
dasar merah, hijau dan biru.
a.
Sel
kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
b.
Sel
kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)
c.
Sel
kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Ketiga
macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu
sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus
bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada,
maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan
warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang
cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang
elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks
pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara
kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).
B.
Jenis-Jenis
Buta Warna
Secara
umum buta warna di bedakan dibedakan menjadi 2 macam yaitu buta warna total dan
buta warna parsial. Tetapi jika dilihat dari faktor penyebabnya, buta warna
dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Berikut adalah jenis-jenis buta warna:
1.
Anomalous
trichromacy
Anomalous trichromacy adalah
gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau
kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki
tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas
terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut.
Penderita buta warna dapat
melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda dari pada normal
yang paling sering ditemukan adalah:
a.
Trikromat
anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru
ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. Penderita mempunyai ketiga
pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat
terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini
perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan
orang normal.
b.
Deutronomali,
disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght (green). Dengan cacat
pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan
lebih banyak daripada warna hijau.
c.
Protanomali
adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap
long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna
merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan
mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini
mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.
2.
Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta
warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi.
Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang
menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna
tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a.
Protanopia
adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap
warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria.
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau
sehingga sering dikenal dengan buta warna merah – hijau.
b.
Deutranopia
adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya
photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue
pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
c.
Tritanopia
adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone. Seseorang
yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning
dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan
merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3.
Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia
adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak
berfungsinya semua sel kerucut(cones cell). Pasien hanya mempunyai satu pigmen
kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat
membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang
dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan
nistagmus dan bersifat autosomal resesif .
Bentuk
buta warna ini dikenal juga :
a.
Monokromatisme
rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapat kelainan
pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurang
dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat
kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia
(buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada
pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.
b.
Monokromatisme
cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang, tajam
penglihatan normal, tidak nistagmus.
C.
Penyebab
Buta Warna
Dalam
banyak kasus, buta warna merupakan faktor genetika dari orang tua, namun bisa
saja terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan
yang telah ada sebelumnya. Jika ada reseptor penglihatan warna yang tidak
berfungsi secara normal, maka mata tidak bisa melihat spektrum warna-warna
sepenuhnya.
Melihat
warna melintasi spektrum cahaya diawali dengan kemampuan mata untuk membedakan
warna-warna utama, seperti warna merah, biru, dan hijau.
·
Penyakit
Terdapat
sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti penyakit Parkinson,
penyakit Alzheimer, glaukoma, neuritis optik, leukemia, diabetes, pecandu
alkohol kronis, macular degeneration, dan anemia sel sabit
·
Usia
Kemampuan
seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses penuaan dan tidak
perlu dicemaskan secara berlebihan.
·
Faktor
genetika
Kebanyakan penderita
buta warna mengalaminya sejak lahir dan merupakan faktor genetika yang
diturunkan oleh orang tua. Penderita buta warna akibat faktor genetika jauh
lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Gen buta warna terkait
dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan seorang pria yang
memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar di
bandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya
terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau
pembawa, yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah
satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita
buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia. Dua gen yang
berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang
menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen
hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005). Buta warna dapat juga ditemukan
pada penyakit macula saraf optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat
relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik
memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008). Ada beberapa
penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya adalah:
·
Bahan
kimia
Seseorang
bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia beracun misalnya di tempat
kerja, seperti karbon disulfida dan pupuk.
·
Efek
samping pengobatan tertentu
Beberapa
pengobatan berpotensi menyebabkan buta warna, seperti digoxin, pheytoin,
chloroquine dan sildenafil yang juga dikenal sebagai Viagra. Jika gangguan
disebabkan oleh pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah
berhenti mengonsumsi obat.
D.
Diagnosis
Dan Perawatan Buta Warna
Kebanyakan
kasus buta warna diakibatkan oleh faktor genetika, namun kemampuan untuk
mencerna warna bisa juga dipengaruhi oleh kondisi mata yang mendasar. Ada
beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis buta warna, di antaranya
adalah:
·
Tes
Ishihar
Tes
ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna dan hanya bisa
mendiagnosis kondisi buta warna merah/hijau. Untuk mendiagnosis buta warna biru
atau kuning, dibutuhkan tes lain.
·
Tes
penyusunan
Tes ini dilakukan
dengan cara menyusun objek warna dalam susunan gradasi warna yang berbeda lalu
pasien akan diminta untuk menyusun benda sesuai dengan gradasi warna yang
dilihatnya.
Banyak
penderita buta warna belajar beradaptasi dan menemukan cara untuk mengatasi
masalah membedakan warna. Sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk
mengobati buta warna.
Gejala
buta warna dapat dikurangi dengan menggunakan pengobatan alternatif atau
perawatan kondisi yang mendasar jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh
pengobatan tertentu atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Pengalaman
belajar seorang anak akan terpengaruh, itu sebabnya sangat penting untuk
mengenali buta warna sejak awal. Anak-anak yang mengalami buta warna akan
merasa kesulitan di sekolah jika gurunya tidak tahu tentang masalah ini. Selain
itu, kondisi ini juga bisa memengaruhi pilihan pekerjaan yang memerlukan
pengenalan warna secara akurat, seperti masinis, pemandu lalu-lintas udara,
pilot, dan ahli listrik.
E.
Solusi
Untuk Penderita Buta Warna
Ø
Cara
Alami
1)
Konsumsilah
vitamin retina mata. Sumber masalah buta warna adalah adanya kelainan pada
retina. Jika kelainan ini bisa distimulus dengan vitamin, tentu saja masalah
buta warna anda akan sangat terbantu dan teratasi.
2)
Olah
ragalah secara teratur di pagi hari. Olahraga di pagi hari akan meningkatkan
sirkulasi dan kelancaran darah di mata anda. Dan anda akan merasakan
penglihatan yang sangat terang.
3)
Minumlah
air putih yang banyak. Biasakan anda
minum air putih 8 gelas sehari, karena dengannya anda akan mendapatkan manfaat
berupa darah menjadi encer sehingga alirannya menuju mata akan sangat stabil
dan tanpa gangguan. Mata andapun akan menjadi lebih cerah.
Ø
Penemua
Kaca Mata Buta Warna
Penemu kaca mata uta warna adalah
Dr Don McPherson seorang profesor dari Union City, California yang sebenarnya
secara tidak sengaja menemukan penemuan fenomenal dalam dasawarsa ini. Semula
sang profesor ingin merancang sebuah kacamata yang digunakan untuk melindungi
dokter mata yang sedang melakukan operasi menggunakan alat bantu laser. Entah
bagaimana, tiba-tiba dia mencobakan kaca mata temuannya tersebut pada seorang
temannya yang merupakan penderita buta warna parsial. Ajaibnya kaca mata
tersebut membuat rekannya bisa melihat warna dengan lebih baik. Iapun lalu
mengembangkan kaca mata tersebut dan menambahkan sebuah lensa khusus untuk
mempertajam kemampuan pemakainya dalam melihat warna.
Kaca mata khusus penyandang buta warna yang akhirnya
diberi nama EnChroma ini dirancang dengan menggunakan sistem teknologi Color
Digital Boost. Teknologi ini membuat penderita yang memakainya menjadi mampu
melihat warna dan spektrumnya dengan lebih jernih dan terang. Sebagaimana
diketahui ada lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan
ini. Sehingga kehadirannya dianggap sebagai penemuan ajaib dan fenomenal dalam
satu dasawarsa ini.
Sekian dari saya semoga bermanfaat 😃😃
0 komentar:
Posting Komentar