Yukkk Belajar mengenai suhu tubuh🙌
Sistem Regulasi Suhu Tubuh
Pengertian regulasi suhu adalah suatu pengaturan secara
kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Manusia pada dasarnya secara fisiologis
digolongkan dalam makhluk berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral
mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini
karena ada interaksi secara berantai yaitu heat produksi (pembentukan panas)
dan heat loss (kehilangan panas). Kedua proses
ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus (Gabriel, 1998).
Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis termoreseptor,satu
di kulit (peripheral thermoreceptors) dan satu lagi di hipotalamus, medula
spinalis, dll (central thermoreceptors). Termoreseptor
sentral memberi umpan balik yang penting dalam mempertahankan suhu inti tubuh
ketika termoreseptor perifer memberi informasi. Hipotalamus mengintegrasikan
refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke kelenjar keringat, arteriola
kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke otot rangka. Suhu
tubuh diatur oleh hipothalamus untuk mempertahankan suhu tubuh pada suhu
lingkungan antara 27,8° - 30°C. Kisaran suhu lingkungan ini disebut
thermoneutral zone. Suhu lingkungan yang lebih dari suhu tubuh dapat
dipertahankan dengan mekanisme vasokonstriksi atau vasodilatasi. Suhu
lingkungan di bawah atau di atas thermoneutral zone, tubuh harus meningkatkan
pembentukan panas dan selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran panas.
Macam-macam
suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
1) Hipotermi,
bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2) Normal,
bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
3) Febris
/ pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
4) Hipertermi,
bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarakan
distribusi suhu didalam tubuh ,suhu tubuh ada 3 jenis :
1) Suhu
inti (core temperature)
Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada,
abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.
2) Suhu
kulit (shell temperature)
Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3) Suhu
tubuh rata-rata (mean body temperature)
Merupakan suhu
rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.
1. Mekanisme
tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada
semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis
pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan
panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek
peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat
menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu
tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak
sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10
kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme tubuh
ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang
oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras
saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada
saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar
keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.
c. Penurunan
pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis
kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2. Mekanisme
tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a. Vasokontriksi
kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia,
tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai
isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan
pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
3. Pembentukan
Dan Pengeluaran Panas
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia
bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut.
Hal ini dipengaruhi oleh:
1) BMR,
terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2) Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi
menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3) Termogenesis
menggigil (shivering thermogenesis)
Aktivitas otot yang
merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin.
4) Termogenesis
tak-menggigil (non-shivering thermogenesis)
Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi
pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat
ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak
biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak
dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah.
Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan
konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi
oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif
ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang
juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama
diet-induced thermogenesis.
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau
sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui
pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air.
1. Radiasi
Radiasi adalah emisi
dari energi panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau gelombang panas, melalui udara. Ketika energi yang
dipancarkan terhadap suatu objek diserap, energi panas tersebut ditransformasi
menjadi panas pada objek tersebut. Tubuh mendapat atau kehilangan panas dengan
radiasi tergantung pada perbedaan temperatur permukaan kulit dan permukaan
objek lain di sekitarnya. Karena transfer net oleh radiasi selalu terjadi dari
objek yang lebih panas ke objek yang lebih dingin seperti dari panas matahari
ke kulit.
2. Konduksi
Konduksi adalah transfer panas
melalui kontak langsung dengan objek menuruni gradiennya dari molekul ke
molekul. Molekul-molekul ini bergetar konstan dimana molekul yang lebih panas
bergerak lebih cepat dibandingkan yang
dingin. Ketika bersentuhan, molekul yang panas memanaskan molekul yang dingin
hingga molekul kedua objek tersebut bersuhu sama. Laju dari transfer ini tergantung dari perbedaan temperatur
antara kedua objek serta konduktivitas dari substansi yang terlibat. Tubuh
dapat kehilangan panas melalui konduksi dengan udara. Transfer panas terjadi
tergantung dari suhu udara lebih panas atau lebih dingin dari kulit.Hanya
sedikit dari sejumlah presentase total pertukaran panas oleh konduksi sendiri
karena udara bukan konduktor yang baik.
1.
Konveksi
Konveksi adalah transfer dari
energi panas oleh arus udara maupun air. Saat tubuh kehilangan panas melalui
konduksi dengan udara sekitar yang lebih dingin, udara yang bersentuhan dengan
kulit menjadi hangat. Karena udara panas lebih ringan dibandngkan udara dingin,
udara panas berpindah ketika udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan
udara panas. Pergerakan udara ini disebut arus konveksi, membantu membawa panas
dari tubuh. Kombinasi dari proses konveksi dan konduksi guna membawa pergi
panas dari tubuh dibantu oleh pergerakan paksa udara melintasi permukaan tubuh,
seperti kipas angin, angin, pergeraka tubuh saat menaiki sepeda dan lain-lain.
4. Evaporasi
Selama evaporasi
berlangsung di permukaan kulit, panas diharuskan mengubah air dari cairan
menjadi gas diserap dari kulit, untuk mendinginkan tubuh. Pengurangan panas
secara evaporatif berlangsung dari sistem pernafasan dan permukaan kulit.
Terutama, karena kulit tidak sepenuhnya tahan air, molekul H2O berdifusi pada
kulit dan terevaporasi. Berkeringat adalah proses evaporatif dibawah kontrol
nervus simpatik. Ketika temperatur lingkungan menyamai temperatur kulit, maka
berkeringat adalah upaya untuk pengurangan panas dari dalam tubuh. Pada
temperatur normal, 100 ml keringat diproduksi setiap harinya, volume ini dapat
meningkat sebanyak 1,5 liter ketika cuaca panas dan hingga 4 liter ketika
melakukan olahraga berat.
a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal
ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme.
b. Rangsangan
saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper
seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c. Hormone
pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas
tubuh juga meningkat.
d. Hormone
tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua
reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi
laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e. Hormone
kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme
basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu
tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
f. Demam
( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g. Status
gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan
yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain
itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak
menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi
termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0
°C.
i.
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada
hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat
merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar
keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.
j.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan,
artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit.
Pengukuran Suhu Tubuh
Suhu tubuh manusia normal berkisar antara 36,5-37,5
derajat Celcius. Namun pada keadaan tertentu, seperti ketika sakit, panas tubuh
dapat melonjak tinggi. Dalam kesehatan, pemantauan dan pengukuran suhu tubuh
ketika sakit sangat penting, sebab suhu tubuh yang tinggi dapat berakibat
fatal.
Keadaan ketika suhu tubuh meningkat disebut dengan
demam. Pada keadaan ini, pengukuran suhu tubuh sangat penting untuk menentukan
tindakan yang tepat. Dan pengukuran suhu tubuh juga harus tepat dan akurat.
Selisih 1 derajat Celcius saja dapat menentukan.
a. Jenis-jenis
termometer
Pada pengukuran suhu tubuh biasanya termometer yang
digunakan ada 2 yaitu termometer raksa dan termometer digital.
1. Termometer
raksa
Merupakan termometer klinis yang cukup populer digunakan pada
zaman dahulu. Termometer ini menggunakan air raksa sebagai penunjuk suhunya.
Pada zaman sekarang termometer ini sudah tidak direkomendasikan untuk digunakan
lagi, karena thermometer ini terbuat dari kaca sehingga berisiko untuk pecah,
dan air raksak yang digunakan bersifat tosik bagi tubuh.
2. Termometer
digital
Merupakan termometer klinis yang cukup populer digunakan pada
zaman sekarang. Thermometer ini menggunakan rangkaian elektronik dan sensor
pengukuran panas elektrik untuk mengukur suhu. Jenis termmeter ini merupakan
thermometer yang direkomendasikan karena terbuat dari plastik dan dapat
digunakan untuk mengukur suhu dengan cukup akurat pada ketiak, mulut, maupun
dubur. Ada beberapa jenis thermometer digital sebagai berikut:
a. Termometer
digital telinga
Termometer
ini menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh pada saluran
telinga. Termometer ini dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan cepat dan
cukup akurat hanya dalam hitungan detik. Namun dapat diingat kotoran yang
terdapat pada telinga dapat mengganggu keakuratan termometer ini.
b. Termometer
digital dahi
Termometer
ini menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh pada arteri temporalis
dibagian pinggir dahi, termometer ini memiliki bentuk yang mirip dengan
termometer telinga.
c. Termometer
dgital mulut
Termometer
ini menggunakan sensor hisap untuk mengukur suhu pada mulut. Termometer ini
memiliki bentuk yang menyerupai dot atau empeng bayi. Cukup diletakkan
dimulut,kemudian dhisap oleh banyi dan suhu yang terukur dapat dlihat pada
panel digital.
d.
Termometer strip
Merupakan termometer sekali pakai. Termometer ini menggunakan
sensor cairan Kristal berbentuk lembaran kertas yang dapat bereaksi dengan
panas. Sensor Kristal akan mengalami perubahan warna sesuai suhu terukur.
Thermometer ini jarang dipakai karena dinilai kurang keakuratannya dibandingkan
termometer lainnya.
b. Tempat
dan cara pengukuan suhu tubuh
Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun
klinik dipakai lokasi pengukuran temperatur pada ketiak dan rektal (Gabriel,
1998). Pada bayi di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat
paha (Abdul latif, 2000). Tempat umum pengukuran suhu adalah oral, rektal dan aksila membran
timpani, esofagus, arteri pulmoner atau
bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 370C.
Tempat-tempat pengukuran dan cara pengukuran dapat diiuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuran di ketiak
(axila)
Melakukan pengukuran
suhu di ketiak adalah dianjurkan karena aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal
ini tidak menimbulkan resiko pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu
sedikit lebih lama daripengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah
cara paling aman untuk mengetahui suhu
tubuh pada bayi baru lahir. Namun suhu
axila merupakan teknik pengukuran suhu yang kurang akurat karena
diletakkan di luar tubuh daripada di dalam tubuh.
Langkah-langkah untuk
mengukur suhu tuuh di ketiak:
·
Buka pakaian dan lengan, masukkan termometer ke
tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan kebawah.
·
Biarkan termometer ditempat, untuk pembacaan
yang akurat tunggu 5-10 menit
·
Angkat termometer dan lab bersih dengan gerakan
rotasi dan baca hasilnya.
2. Pengukuran di rektal
Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut
banyak pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk menghindari oleh
karena dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah apabila dilakukan
berulang kali. Pengukuran rektal digunakan pada bayi, pasien dengan bedah atau
kelainan rektal, pasien dengan miokard akut. Pengukuran suhu rektal adalah
paling mungkin pada anak-anak yang lebih muda.
Langkah –langkah pengukuran suhu tubuh direktal :
·
Lumasi ujung pada termometer 1 inci 1,5 inci
·
Buka anus dengan menaikkan bokong. Masukkan
perlahan termometer ke dalam anus ke arah umbilicus 1,5 inci untuk dewasa dan
0,5 inci untuk banyi
·
Biarakan termometer selama kurang lebih 3 menit
·
Keluarkan termometer dengan hati-hati dan
catatah angka yang terbaca pada temometer.
3.
Pengukuran oral
Yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih
khususnya di bawah lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa.
Lankah-langkah
pengukuran suhu tubuh di oral :
·
Tempatkan termometer klinis atau digital pada
bagian bawah lidah dalam kantung sublingual, lateral ketengah rahang
·
Tahan termometer dengan bibir ( hindari dari
gigitan ) selama kuarng lebih 3 menit
·
Keluarkan termometer dengan hati-hati dan baca
hasilnya.
Sekian dan terimkasih , kunjungi terus postingan saya 😍😍
0 komentar:
Posting Komentar