Jumat, 22 Desember 2017

SISTEM REGULASI SUHU TUBUH

SISTEM REGULASI SUHU TUBUH , By : Pipit Wulandari

Yukkk Belajar mengenai suhu tubuh🙌


    Sistem Regulasi Suhu Tubuh

Pengertian regulasi suhu adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Manusia pada dasarnya secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu heat produksi (pembentukan panas) dan heat loss (kehilangan panas). Kedua  proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus (Gabriel, 1998).
Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis termoreseptor,satu di kulit (peripheral thermoreceptors) dan satu lagi di hipotalamus, medula spinalis, dll (central thermoreceptors). Termoreseptor sentral memberi umpan balik yang penting dalam mempertahankan suhu inti tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi. Hipotalamus mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke otot rangka. Suhu tubuh diatur oleh hipothalamus untuk mempertahankan suhu tubuh pada suhu lingkungan antara 27,8° - 30°C. Kisaran suhu lingkungan ini disebut thermoneutral zone. Suhu lingkungan yang lebih dari suhu tubuh dapat dipertahankan dengan mekanisme vasokonstriksi atau vasodilatasi. Suhu lingkungan di bawah atau di atas thermoneutral zone, tubuh harus meningkatkan pembentukan panas dan selanjutnya akan meningkatkan pengeluaran panas.

    Macam – Macam Suhu Tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
1)      Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
2)      Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37.5°C
3)      Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37.5-40°C
4)      Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarakan distribusi suhu didalam tubuh ,suhu tubuh ada 3 jenis :
1)      Suhu inti (core temperature)
Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C.
2)      Suhu kulit (shell temperature)
Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3)      Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature)
 Merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.

      Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah

1.      Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :
a.       Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b.      Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.

c.       Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.

2.      Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :
a.       Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.

b.      Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.

c.       Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

3.      Pembentukan Dan Pengeluaran Panas
Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1)      BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2)       Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3)      Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis)
 Aktivitas otot yang merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh selama terpapar dingin.
4)      Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis)
Hal ini terjadi pada bayi baru lahir. Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal. Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya dengan suplai darah.
Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown fat ini merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis.
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air.

1. Radiasi
Radiasi adalah emisi dari energi panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau gelombang panas, melalui udara. Ketika energi yang dipancarkan terhadap suatu objek diserap, energi panas tersebut ditransformasi menjadi panas pada objek tersebut. Tubuh mendapat atau kehilangan panas dengan radiasi tergantung pada perbedaan temperatur permukaan kulit dan permukaan objek lain di sekitarnya. Karena transfer net oleh radiasi selalu terjadi dari objek yang lebih panas ke objek yang lebih dingin seperti dari panas matahari ke kulit.

2. Konduksi
Konduksi adalah transfer panas melalui kontak langsung dengan objek menuruni gradiennya dari molekul ke molekul. Molekul-molekul ini bergetar konstan dimana molekul yang lebih panas bergerak lebih cepat  dibandingkan yang dingin. Ketika bersentuhan, molekul yang panas memanaskan molekul yang dingin hingga molekul kedua objek tersebut bersuhu sama. Laju dari transfer ini tergantung dari perbedaan temperatur antara kedua objek serta konduktivitas dari substansi yang terlibat. Tubuh dapat kehilangan panas melalui konduksi dengan udara. Transfer panas terjadi tergantung dari suhu udara lebih panas atau lebih dingin dari kulit.Hanya sedikit dari sejumlah presentase total pertukaran panas oleh konduksi sendiri karena udara bukan konduktor yang baik.

1.      Konveksi
Konveksi adalah transfer dari energi panas oleh arus udara maupun air. Saat tubuh kehilangan panas melalui konduksi dengan udara sekitar yang lebih dingin, udara yang bersentuhan dengan kulit menjadi hangat. Karena udara panas lebih ringan dibandngkan udara dingin, udara panas berpindah ketika udara dingin bergerak ke kulit untuk menggantikan udara panas. Pergerakan udara ini disebut arus konveksi, membantu membawa panas dari tubuh. Kombinasi dari proses konveksi dan konduksi guna membawa pergi panas dari tubuh dibantu oleh pergerakan paksa udara melintasi permukaan tubuh, seperti kipas angin, angin, pergeraka tubuh saat menaiki sepeda dan lain-lain.

4. Evaporasi
Selama evaporasi berlangsung di permukaan kulit, panas diharuskan mengubah air dari cairan menjadi gas diserap dari kulit, untuk mendinginkan tubuh. Pengurangan panas secara evaporatif berlangsung dari sistem pernafasan dan permukaan kulit. Terutama, karena kulit tidak sepenuhnya tahan air, molekul H2O berdifusi pada kulit dan terevaporasi. Berkeringat adalah proses evaporatif dibawah kontrol nervus simpatik. Ketika temperatur lingkungan menyamai temperatur kulit, maka berkeringat adalah upaya untuk pengurangan panas dari dalam tubuh. Pada temperatur normal, 100 ml keringat diproduksi setiap harinya, volume ini dapat meningkat sebanyak 1,5 liter ketika cuaca panas dan hingga 4 liter ketika melakukan olahraga berat.

     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

a.        Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.

b.      Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

c.       Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

d.      Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

e.       Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

f.       Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

g.      Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

h.      Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

i.        Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

j.        Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
  
    Pengukuran Suhu Tubuh

Suhu tubuh manusia normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat Celcius. Namun pada keadaan tertentu, seperti ketika sakit, panas tubuh dapat melonjak tinggi. Dalam kesehatan, pemantauan dan pengukuran suhu tubuh ketika sakit sangat penting, sebab suhu tubuh yang tinggi dapat berakibat fatal.
Keadaan ketika suhu tubuh meningkat disebut dengan demam. Pada keadaan ini, pengukuran suhu tubuh sangat penting untuk menentukan tindakan yang tepat. Dan pengukuran suhu tubuh juga harus tepat dan akurat. Selisih 1 derajat Celcius saja dapat menentukan.
a.       Jenis-jenis termometer
Pada pengukuran suhu tubuh biasanya termometer yang digunakan ada 2 yaitu termometer raksa dan termometer digital.
1.      Termometer raksa
Merupakan termometer klinis yang cukup populer digunakan pada zaman dahulu. Termometer ini menggunakan air raksa sebagai penunjuk suhunya. Pada zaman sekarang termometer ini sudah tidak direkomendasikan untuk digunakan lagi, karena thermometer ini terbuat dari kaca sehingga berisiko untuk pecah, dan air raksak yang digunakan bersifat tosik bagi tubuh.
2.      Termometer digital
Merupakan termometer klinis yang cukup populer digunakan pada zaman sekarang. Thermometer ini menggunakan rangkaian elektronik dan sensor pengukuran panas elektrik untuk mengukur suhu. Jenis termmeter ini merupakan thermometer yang direkomendasikan karena terbuat dari plastik dan dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan cukup akurat pada ketiak, mulut, maupun dubur. Ada beberapa jenis thermometer digital sebagai berikut:
a.       Termometer digital telinga
Termometer ini menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh pada saluran telinga. Termometer ini dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan cepat dan cukup akurat hanya dalam hitungan detik. Namun dapat diingat kotoran yang terdapat pada telinga dapat mengganggu keakuratan termometer ini.
b.      Termometer digital dahi
Termometer ini menggunakan sinar infra merah untuk mengukur suhu tubuh pada arteri temporalis dibagian pinggir dahi, termometer ini memiliki bentuk yang mirip dengan termometer telinga.
c.       Termometer dgital mulut
Termometer ini menggunakan sensor hisap untuk mengukur suhu pada mulut. Termometer ini memiliki bentuk yang menyerupai dot atau empeng bayi. Cukup diletakkan dimulut,kemudian dhisap oleh banyi dan suhu yang terukur dapat dlihat pada panel digital.
d.      Termometer strip
Merupakan termometer sekali pakai. Termometer ini menggunakan sensor cairan Kristal berbentuk lembaran kertas yang dapat bereaksi dengan panas. Sensor Kristal akan mengalami perubahan warna sesuai suhu terukur. Thermometer ini jarang dipakai karena dinilai kurang keakuratannya dibandingkan termometer lainnya.

b.      Tempat dan cara pengukuan suhu tubuh 
Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun klinik dipakai lokasi pengukuran temperatur pada ketiak dan rektal (Gabriel, 1998). Pada bayi di bawah umur 2 tahun dapat pula diukur direktal atau lipat paha (Abdul latif, 2000). Tempat umum pengukuran  suhu adalah oral, rektal dan aksila membran timpani, esofagus, arteri  pulmoner atau bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 370C. Tempat-tempat pengukuran dan cara pengukuran dapat diiuraikan  sebagai berikut: 
1.   Pengukuran di ketiak (axila) 
Melakukan  pengukuran suhu di ketiak adalah dianjurkan karena aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan resiko pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu sedikit lebih lama daripengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah cara paling  aman untuk mengetahui suhu tubuh pada bayi baru lahir. Namun suhu  axila merupakan teknik pengukuran suhu yang kurang akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di dalam tubuh.
                        Langkah-langkah untuk mengukur suhu tuuh di ketiak:
·         Buka pakaian dan lengan, masukkan termometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan kebawah.
·         Biarkan termometer ditempat, untuk pembacaan yang akurat tunggu 5-10 menit
·         Angkat termometer dan lab bersih dengan gerakan rotasi dan baca hasilnya.
2.  Pengukuran di rektal
Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut banyak pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk menghindari oleh karena dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah apabila dilakukan berulang kali. Pengukuran rektal digunakan pada bayi, pasien dengan bedah atau kelainan rektal, pasien dengan miokard akut. Pengukuran suhu rektal adalah paling mungkin pada anak-anak yang lebih muda.
Langkah –langkah pengukuran suhu tubuh direktal :
·         Lumasi ujung pada termometer 1 inci 1,5 inci
·         Buka anus dengan menaikkan bokong. Masukkan perlahan termometer ke dalam anus ke arah umbilicus 1,5 inci untuk dewasa dan 0,5 inci untuk banyi
·         Biarakan termometer selama kurang lebih 3 menit
·         Keluarkan termometer dengan hati-hati dan catatah angka yang terbaca pada temometer.
3.  Pengukuran oral
Yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih khususnya di bawah lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa.
                        Lankah-langkah pengukuran suhu tubuh di oral :
·         Tempatkan termometer klinis atau digital pada bagian bawah lidah dalam kantung sublingual, lateral ketengah rahang
·         Tahan termometer dengan bibir ( hindari dari gigitan ) selama kuarng lebih 3 menit
·         Keluarkan termometer dengan hati-hati dan baca hasilnya.


Sekian dan terimkasih , kunjungi terus postingan saya 😍😍

0 komentar:

Posting Komentar